Review : Lokalitas Media, Pop Minang, dan Pop Ambon (Romantisme Anak Muda Ambon)


Dalam tulisan Suryadi dijelaskan bahwa lokalitas media itu muncul karena daerah - daerah sekarang mulai menonjolkan identitas kedaerahannya masing - masing. Salah satu alat perantara penonjol identitas itu adalah media komunikasi seperti radio, TV, internet dll. Media komunikasi itu dapat menggambarkan bagaimana kebudayaan masyarakat itu sendiri dan media yang paling dominan dalam masyarakat adalah radio. Karena radio dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Maka dari itu banyak bermunculan radio – radio swasta bermunculan di masyarakat.

Media elektronik memainkan peran yang penting di dalam komunikasi mediasi antar etnis budaya. Dalam kasus radio ini memungkinkan individu atau kelompok untuk melihat dan merasa lebih bebas. Dalam kejadian yang sama individu atau kelompok bisa lebih menunjukkan bahwa kelompok atau individu atau kelompoknya berbeda dari individu atau kelompok lain. Media secara detail menjelaskan materi subjek tertentu. Komunitas grup atau sekumpulan masyarakat telah berkreasi membuat bermacam – macam jenis baru dalam mengusung media elektronik yang mana media elektronik itu dapat membangkitkan pola pikir yang baru terhadap kebudayaan lokal. Dari sini dapat dilihat peranan media elektronik mempengaruhi perubahan budaya Indonesia pada akhir – akhir ini. Relasi budaya antar etnis daerah membentuk konstruksi budaya nasional yang berasal dari keberagaman atnis di suatu Negara tersebut.

Penggambaran budaya pop Minang yang menunjukkan kecintaan terhadap tanah air bahwa dalam kebudayaan pop minang terlihat pada penyebaran melalui media massa sekitar tahun 1880-an awal waktu asal mereka. Pada periode ini Belanda teater (tonil), dilakukan di bioskop dan klub di Padang, secara tidak langsung periode ini dipengaruhi bentuk seni pribumi. Teater ini dipengaruhi oleh unsur – unsur lokal dan unsur – unsur impor.

Pop Minang merupakan penutup dari sekian banyaknya genre musik yang ada di sumatera barat. Lagu pop Minang juga menggambarkan keindahan alam seperti pegunungan, sungai dan desa yang tidak terbatas pada area tertentu, melainkan symbol dari daerah Minang secara umum seperti Danau, Gunung Singgalang, Gunung Marapi. Dengan mengacu pada simbol yang terkenal ini, mereka berkontribusi terhadap rasa solidaritas, atau keintiman instan, yang dibangun dalam ruang lingkup yang membentang diluar komunitas tunggal dalam suatu tradisi. James Fox (1997:92) menempatkan argumen serupa, memperkenalkan konsep 'topogeny', dalam pembacaan nama-nama tempat yang berurutan. Topogenies dapat dilihat sebagai alat khusus untuk pemesanan dan transmisi pengetahuan sosial, sementara itu mereka membangun hubungan social satu sama lain yang memungkinkan masyarakat untuk melokalisasi diri dalam ruang dan waktu. Dari sanalah dapat dilihat pop Minang itu menunjukkan eksistensinya dalam membangun daerahnya.

Mengenai pop Ambon deskripsi untuk menunjukkan kecintaan terhadap wanita tidak jauh dari daerah Ambon sendiri. Beberapa lagu misalnya menggambarkan cintanya “setinggi gunung Binaiya dan sedalam laut Banda”. Disisi lain kecintaan terhadap tanah air digambarkan dengan nada – nada gembira, seperti yang disampaikan dalai “Hasa – Hasa” yang diusung oleh Rudy dan Jun dalam albumnya yang berjudul Al Mailopo. Lagu Hasa – Hasa yang diusung oleh Rudy dan Jun menunjukkan bahwa orang Ambon sangat gembira ketika ia mulai memasuki wilayah Tanjung Alang yang terletak di wilayah pulau timur ambon ( Lei Timur).

Dalam pop Ambon mereka mengeksistensikannya dengan video – video klip yang mereka buat. Seperti sebuah klip lagu dari Naruwe di albumnya yang kedua "Aniong Mama", ciptaan Cevin Siahailatua dan Vokalis Doddy Latu, dan juga video – video yang lain. Video klip ini adalah sebagai media untuk menggambarkan bagaimana romantisme di Ambon itu, Bagaimana keindahan alam di Ambon, dan juga lirik lagunya yang menggambarkan cintanya kepada Ambon dengan menggambarkan alam sekitar Ambon.

Romantisme anak muda Ambon, Riau dan Minangkabau ditunjukkan melalui album-album lokal yang kini secara terus menerus berubah dan berkembang seiring berjalannya waktu dan seiring munculnya genre music baru. Kota Ambon digambarkan mempunyai sisi romantis bagi anak muda yang bertumbuh kembang di kota ini. Lagu lagu Ambon yang ada di VCD mengusung ide tentang imajinasi anak muda untuk identitas mereka. Melalui lagu dan lirik yang mereka sampaikan agar dapat diketahui siapa orang-orang yang dicintai karena bagian dari tradisi.dan melalui organisasi-organisasi yang mereka ikuti.

Media massa dalam menunjukkan lokalitas kedaerahannya bisa dilihat Cara media menyampaikan identitas lokal daerahnya dengan cara menyanyi dan menari dalam aktivitas upacara dalam tradisi kehidupan sehari-hari seperti menampilkan nyanyian dalam waktu ada acara pernikahan,kematian dll. Nyanyian dan music identik dengan modernitas masyarakat itu sendiri. Sekolah – sekolahpun juga mulai mengenalkan music kepada siswa siswinya.

 

 

Sumber : Suryadi, Identity, Media and the Margins: Radio in Pekanbaru, Riau (Indonesia) Journal of Southeast Asian Studies, 36 (1), pp 131 – 151 February 2005, Printed in the united Kingdom. © 2005 The National University of Singapore.

 

MIG SHORT TRAVEL
MIG SHORT TRAVEL NGGAK USAH DI BACA NANTI BAPER

Tidak ada komentar untuk "Review : Lokalitas Media, Pop Minang, dan Pop Ambon (Romantisme Anak Muda Ambon)"