Museum Musik Indonesia Kota Malang : Sejarah Singkat dan Pengembangan Museum Sebagai Tempat Edukasi

 


Istilah musik berasal dari bahasa Yunani yaitu mousikos, yang diambil dari salah satu nama dewa Yunani. Mousikos dilambangkan sebagai suatu dewa keindahan dan menguasai bidang seni dan keilmuan. Museum Musik Indonesia (MMI) didirikan oleh komunitas pecinta musik yaitu Galeri Malang Bernyanyi (GeMB) yang merupakan museum musik pertama di Indonesia. Museum yang terletak di Perumahan Griyashanta Malang tersebut diresmikan pada 1 Januari 2013. Keberadaan museum itu bertujuan sebagai ruang data perjalanan musik Indonesia karena selama ini banyak hasil rekaman lama musik di Tanah Air yang sulit didapatkan. Museum Musik Indonesia menjadi sebuah bentuk kolektivitas pecinta musik dalam peranannya melestarikan perjalanan musik Indonesia. Pada era 1970-an perkembangan musik Indonesia tak lepas dari Kota Malang. Beberapa musisi asal Kota Malang cukup disegani di blantika industri musik Indonesia. Sebut saja Ian Antono, gitaris dari band rock legendaris God Bless dan Sylvia Saartje yang dikenal sebagai seorang lady rocker pertama di Indonesia telah menginspirasi para musisi generasi setelah mereka.

Galeri Malang Bernyanyi (GMB) adalah sebuah organisasi sosial yang memiliki visi memelihara musik Indonesia yang dilakukan melalui misi pengumpulan rekaman musik Indonesia. Galeri Malang Bernyanyi berdiri sejak 8 Agustus 2009 silam dan diresmikan oleh Walikota Malang. Galeri Malang Bernyanyi awalnya terbentuk dari Komunitas Pecinta Katjoetangan (Kapeka). Nama Katjoetangan diambil dari suatu wilayah di Malang yang pada era 1960 dan 1970-an menjadi pusat kegiatan seni pemuda masa itu. Saat ini Galeri Malang Bernyanyi diketuai oleh Hengki Herwanto, mantan wartawan majalah legendaris ‘Aktuil’ yang sangat digemari pembaca terutama kaum muda pada dekade 1970-an. Saat itu, rubrik musik di majalah Aktuil juga menjadi barometer rekam jejak perkembangan musik di Tanah Air.

Museum ini memang ditujukan bagi mereka yang ingin mengulik sejarah musik, ajang pembelajaran dan wadah bagi komunitas lintas generasi khususnya musik. Gaung Museum Musik Indonesia sendiri sudah cukup dikenal di Tanah Air, terbukti banyak tamu dari luar kota yang bertandang bahkan memberikan tawaran sebagai pemateri atau pembicara seputar musik untuk sebuah acara seminar dan talkshow. Beberapa artis tenar Indonesia seperti Ian Antono, Ahmad Albar, Sylvia Saartje, Anang dan Ashanty, White Shoes n the Couple Company, Burger Kill, dan lainnya juga pernah menyempatkan mampir ke Museum Musik di Malang ini.

Selain menyimpan jejak rekam musik lama, Galeri Malang Bernyanyi juga memiliki agenda rutin yakni festival band se-Malang Raya sejak pertengahan tahun 2009. Festival ini bertujuan memberikan kesempatan kepada anak muda untuk berkarya dan band yang masuk kualifikasi dan nominasi berkesempatan untuk masuk di album kompilasi. GMB juga menggelar program charity berlabel G.2000 bertujuan untuk menyelamatkan aset piringan hitam di Lokananta yang mencapai 20.000 buah dan tidak bercover. Kegiatan lain bertajuk “store day” yaitu acara bertemunya para kolektor, penjual kaset, VCD, poster, Piringan Hitam dan berbagai komunitas se-Malang Raya. Kegiatan ini menjadi ajang berbagi ilmu serta berburu barang-barang unik dan bersejarah untuk dikoleksi.

Saat memasuki Museum Musik Indonesia, pengunjung akan langsung tertarik dengan berbagai koleksi di dalamnya. Di dinding-dinding ruangan, berjajar rapi rak-rak berisi piringan hitam, kaset, CD, dan berbagai majalah musik yang merupakan koleksi dari museum ini. Banyak koleksi yang sudah sangat langka di pasaran ada di museum ini. Memang di berbagai daerah di Indonesia, para kolektor piringan hitam, kaset lama, dan majalah musik banyak tersebar. Namun rata-rata koleksi tersebut adalah milik pribadi, tidak disediakan untuk bisa diakses publik. Sedangkan di Museum Musik Indonesia, semua koleksi hasil sumbangan dari berbagai pihak tersebut disediakan secara terbuka agar bisa diakses dan dinikmati oleh masyarakat. Sehingga koleksi-koleksi ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan positif dan edukatif.

Saat ini koleksi Museum Musik Indonesia mencapai 15.000 koleksi benda yang terkait dengan musik. Antara lain Piringan Hitam (PH), kaset, CD, VCD, vinyl, peralatan pemutar musik, instrumen, memorabilia, foto, poster, majalah, buku, kliping tulisan, sampai berbagai jenis alat musik baik tradisional maupun modern. Koleksi Museum Musik Indonesia semakin terus bertambah yang berasal dari sumbangan para kolektor, musisi, dan penikmat musik di seluruh Indonesia termasuk para musisi dan penyanyi nasional. Bahkan ada juga warga asing yang menyumbangkan koleksinya di antaranya dari Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Belanda dan Prancis.

Di Museum Musik Indonesia, jika ada pengunjung yang meminta, bisa mendengarkan musik dari berbagai piringan hitam, kaset maupun CD. Di sini juga terdapat sebuah turn table untuk memutar piringan hitam, lengkap dengan seperangkat soundsystem. Ada pula tape player, CD, VCD maupun DVD player yang dilengkapi dengan layar monitor, terpampang rapi di dinding. Berbagai poster band dari dalam dan luar negeri, alat musik serta pernak pernik lainnya juga terpampang rapi dan terawat di museum musik ini.

Dari banyaknya koleksi yang ada itulah membuat pengunjung bisa berlama-lama dan menikmati musik yang ingin didengarkan. Selain itu museum ini sering dijadikan tempat untuk berdiskusi, tukar menukar ilmu dari lintas generasi musisi dari yang muda hingga yang tua. Meskipun tempatnya tidak begitu luas akan tetapi berbagai komunitas yang ada di Kota Malang sering menggunakan tempat ini untuk menggelar sebuah acara. Karena lokasi yang dinilai belum memadai, saat ini ribuan koleksi musik tersebut tidak semuanya dipajang. Sebagian ada yang disimpan di dalam kardus, namun semuanya tercatat dengan rapi, termasuk data penyanyi, judul lagu, dan nama penyumbangnya. Ribuan koleksi itu bisa dijadikan referensi bagi para penikmat dan pecinta musik. Bahkan museum ini juga dijadikan kalangan siswa dan mahasiswa melakukan penelitian untuk tugas sekolah maupun skripsi.

MIG SHORT TRAVEL
MIG SHORT TRAVEL NGGAK USAH DI BACA NANTI BAPER

Tidak ada komentar untuk "Museum Musik Indonesia Kota Malang : Sejarah Singkat dan Pengembangan Museum Sebagai Tempat Edukasi"